ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00-IDBLANTER.COM
ZDIRY-TUFWT-EBONM-EYJ00
BLANTERWISDOM105

KUMPULAN PUISI SINGKAT "TENTANG MENERIMA DAN TAK DI TERIMA"

February 26, 2022

PUISI SINGKAT "TENTANG MENERIMA DAN TAK DI TERIMA"

KUMPULAN PUISI SINGKAT "TENTANG MENERIMA DAN TAK DI TERIMA"


Judul : Tentang Menerima

Karya : Semu Bersemi


Terima tak terima, kau ada

Di penghujung atau awal, tak terduga

Pengiring senja dikala duka

Pengharum wangi bahagia


Rintikmu menghanyutkan

Warnamu tak menjemukan

Bergugur rasa, tanpa beralasan

Hangat bagiku, jadi sang nyaman


Bertolak lembut, berarak sang awan

Lindung mentari, teduh pikiran

Tatkala kau pergi, muram menjadi

Apakah terjadi, bila kau tak kembali


Detik terasa menahun

Memori berjuta, bahagia menimbun

Lirikan, tatapan, suaramu mengalun

Lantunkan puisi semi, hati terayun


Sembilu itu pergi

Sandarmu tembok kokoh sulit kudaki

Menjulang tinggi beri arti

Makna terdalam tentang hakiki


Terima kasih telah jadi rumah

Walau detik kuisi dengan amarah

Semoga kenang kita jadi arah

Tuju masa depan yang hangat dan cerah


Judul : Pikat

Karya : Fredy Purnomo


Gadis manis itu sungguh memikat 

Seperti bulan penuh di malam pekat

Temukan cinta dalam pendar cahaya

Dari kecipak lembut telaga di mata


Gadis manis itu sungguh mempesona

Seperti kebun bunga dimana kumbang memetik cinta

Tuangkan keharuman embun dan bunga padi

Dan ciptakan semesta dengan warna warni pelangi


Kepada cinta yang senyap bersuara,

Kepada rindu yang sunyi menggelora,

Bisikan pikat dari bunga kepada serangga


Judul : Takut

Karya : Indra


Lalu siapa yang berani, dia yang sabar ucapnya

Mengapa masih penuh tanya, sebab jawabnya di ujung hari belum aku lewati


Ikhtiar terus berdoa, akan tersiksa bila tak percaya

Ada beberapa mahluk didunia, diantaranya dijamin akan rezekinya.. 


Masih saja aku bantah 

"dia tak sesempurna aku, dibekali akal dan pikiran"

Terang saja berkecamuk, terang saja bergundah gulana


Judul : Senja yang singkat

Karya : Silfia herlina


Dirimu senja yang ku nanti

Menanti dengan hati yang sepi

Berharap semilir angin mengerti 

Akan kerinduan yang tak bertepi


Senjapun telah datang

Menunjukkan keindahan warnanya

Menghipnotis bola mata

Sedetikpun tidak ingin berkedip darinya


Sayangnya tidak bisa kunikmati berlama lama

Karena hadirmu yang hanya beberapa menit saja

Malam pun datang senja pun hilang

Meninggalkanku hanya dalam sekejap mata


Itulah dirimu, lamaku nanti dan setelah itu pergi meninggalkanku.

Duhai pujangga susah, senang, sedih pernah kita lewati bersama hanya saja luka yang membekas terlalu sukar untuk diobati


Kaupun datang menyapa kembali

Setelah semua kesalahpahaman yang terjadi

Tapi, semua sudah terlambat

Hatiku remuk, pandanganku buyar, harapanku hilang, dan kata perpisahan pun kunlayangkan

Biarlah.. biarlah semua berlalu tenggelam dan akhirnya berubah menjadi buih buih kenangan


Judul : Anugerah

Karya : Nurmala Arpan


Daku tak mengerti mengapa sukanya aku menulis sejak kapan dia ada di jiwaku selalu menuntun pikiranku untuk menuliskan sebuah kata


Apa yang akan ku katakan

Pada sebuah rasa yang tidak terasa

Berada dan menjadi sebuah pena yang selalu mencari lembaran kertas


Aku pun tak tahu seperti apa bentuk itu ketika sudah hadir di mataku selalu membuatku ingin dan ingin menuliskan arti hidupku dan hidupnya dalam rangkaian kata kata


Katakanlah apakah ini sebuah Anugerah bagiku dan mereka yang sama yang mencintai kata sebagai ungkapan rasa yang ada di jiwa


Judul : Jangan Panggil Aku

Karya : Romsydi Al Faruk 


jangan panggil aku

bila aku tak bisa mencintaimu

jangan pula panggil aku

bila aku tak bisa mendapatkanmu 


aku bisa saja memilikimu

dengan caraku

aku bisa saja membuatmu jatuh cinta

dengan kelakuanku padamu 


jangan panggil aku anak ingusan

jangan pula panggil aku anak bau kencur

jika aku bisa menaklukan hatimu

apa kau bisa mengelak dariku 


aku tau kita beda usia

umur kita pun sangat jauh

apakah salah bila aku mencintaimu yang lebih tua dariku 


aku mencintaimu bukan karena usia

aku mencintaimu bukan karena tua maupun muda

tapi aku mencintaimu karena

tulus dari dalam hati kecilku 


Judul : Cerita sebait pena

Karya : Wenny


Gemericik air didalam kotak kaca

Hadirkan rindu menelusup dalam dada

Perlahan memory berputar kemasa dahulu

Kala pertama jumpa diujung jalan disimpang tiga


Wahai penguasa lautan rasa

Sungguh hadirmu bagai pemecah dahaga

Pada gersangnya hati yang tlah lama nestapa

Karna dia yang memberi hati namun hadirkan luka


Waktuku dulu seakan tiada berharga

Tersia akan penantian bahagia

Nan kudamba kau sebagai pencitpanya

Nyatanya aku hanyalah persinggahan sementara


Penaku kini tak bertinta

Habis tuk coretkan sgala asa

Sesak tak berkesudahan kini mendera

Hingga tangispun tak mampu membuat lega


Judul : Embun Pagi

Karya : Kamarastra


Gemercik air yg mendinginkanku tak bisa menikmati celah sinarmu yg mulai hangat namun aku hanya sekedar melihat beningnya hadirmu melalui celah rerimbunan dan seribu tangkai...

Kau sungguh membawa dimensi yang membawaku dlm sepoi dgn kesejukan yg melena kan, kejernihanmu menghantarkan syahdu kalbuku hingga aku terbius diujung rindu 

memandangmu cukup bagiku jika tawa ini bias2 kau lirihkan bersama alunan angin yg meniupi dedaunan

Kau menghampiri lelah ini, dan kau mencandai jiwa sepiku, utk mndengar lagu alam bersama gemercikmu wahai sicantik embun pagi


Judul : Siluet Yang Tenggelam

Karya : Adel Lukman


Aku masih disini, duduk seperti biasa memandangi ombak yang pernah kita pecahkan bersama

Meraba buihnya yang putih sambil berlari menghindari sentuhannya yang basah

Lalu kita ikat gelombangnya, ketika percikan laut kuusap dari keningmu yang jingga 


Dan aku masih tetap disini, memegang cahaya matahari yang samar membentuk kenangan yang tak ingin kutinggalkan

Bahkan, ketika garis pantai menepikan sajak-sajak yang terlewat

Tak mengubah siluet cinta dari bayangmu yang dibiaskan keheningan

Tak ada namamu lagi

Tak ada jejak, atau apa pun yang kembali sepertimu... kala itu 


Kita pernah menatap akhir dari perjalanan senja yang terbenam

Seolah warna mega menjadi lirik dari lagu yang selalu dirindukan

Kita berjalan menyusuri batas sambil menunggu irama malam, berbisik pelan dan perlahan 


Disana, kubiarkan kau menari, berlari, memejamkan mata berkali-kali

Sampai waktu memberimu satu hal yang ingin kukaramkan padamu

Bahwa matamu, adalah pandanganku 


Namun, aku selalu menyadari,

Ketika bongkahan kayu yang kududuki saat ini, tak akan pernah menjadi cerita kembali.

Ia membisu dengan arah mataku layu

Meski kubuat jejak yang sama di hamparan pasir yang sakit, cahayanya kembali redup... seperti langkahmu yang setiap perjalanan waktu terus mejauh dari pandanganku 


Judul : Wanita Yang Tersakiti

Karya : Muhammad Virza Hadinata


Dia hanya bisa meratap, berusaha untuk meluapkan sakit dan perihnya. Aku melihat ada airmata yang keluar membasahi pipinya. Sambil berlari, perlahan raganya pun menghilang. 


Ternyata kepedulian itu juga menyakiti. Tak akan ada lagi kata-kata yang akan membuatnya terbang, Hari itu yang aku dengar hanyalah pertengkaran, dan aku hanya bisa diam. 


Wanita itu sudah terlalu sering tersakiti, dia memilih untuk tidak ingin diobati, meskipun aku ingin. Namun dia nikmati pedihnya sendiri, membiarkan dirinya pilu, menahan kecewa yang seakan abadi.


Banyaknya kebahagiaan yang datang, Dia hanya ingin mengenang hatinya yang dulu telah pergi. Bukan dia tak selalu bersyukur, namun dirinya merasa telah gagal menjaga.


Biarlah aku sendiri, biar aku yang terluka,

Biarlah hanya aku yang merasakan kecewa,

Biarlah... biarlah... aku sudah terbiasa menderita,

Begitu ucapnya!


Judul : Lumpur Dosah

Karya : Ramlin 


Jalan yang buram tak bisah kuperkirahkan.

Sejauh mata memandang terlihat kehampaan.

Inginku menerangi jalan dengan cahaya doa. 

Namun merasa sesuatu menahan pikiranku.


Ingin bergulat dengan keadaan.

Namun ku tak tau dimana kumulai.

Diri bagai dibelenggu sehingga membuatku tak berdaya.

Hembusan angin yang lembut terbayang diri yang penuh lumpur dosah.

mampu memikirkan keadaan tapi ragu dalam melangkah.


Tak terkira seberapa jauh lagi kumampu berjalan.

Apakan finis lari maraton masih jauh bekilo-kilo meter ataukah sudah didepan mata. 

Kumerenung akan persiapan mengarungi Samudra Atlantik yang ganas.

Apakah dengan sebuah kapal layar yang megah.

Atau hanya sebuah sampan saja.

Semoga dapat menyelamatkanku

Sampai kebibir pantai pulau.


Judul : Sejuta Harapan

Karya : Aksara Biru


Sejuta harapan gurun masa depan

Ambisi meniti hidup mapan

Namun semesta punya ketetapan

Dalam alur penuh ujian


Rintisan setiap kehidupan

Menanti dalam gelapnya sebuah harapan

Menanti setiap rajut rintihan

Menuju titik penerangan


Di kala petang terbangunkan

Dalam sujud terucapkan

Meminang suatu pengharapan

Bertekuk lutut di hadapan Tuhan


Ya Rabb Sang penguasa alam

Ku panjatkan lubuk hati terdalam

Dan ku ikhtiarkan beribu malam

Mendambakan hidup tentram

Pemalang,30 Januari 2022

Share This :

0 comments